Wednesday, February 6, 2013

Cintai (lagi) Selamanik Kita!

PS: Tulisan ini didedikasikan untuk #CintaSelamanik yang digagas oleh Paguyuban Kakang Mbekayu Duta Wisata Kabupaten Banjarnegara.
Siapa yang tidak suka dengan pesona alam yang indah, kicauan burung yang saling bersautan, gemercik air sungai yang menentramkan, juga gemerisik dedaunan yang ditiup angin. Semuanya begitu alami, begitu asri. Terakhir kali saya menjejakkan kaki ke tempat ini untuk menikmati adalah… Entahlah, mungkin belum pernah. Selamanik, namanya. Nama aslinya adalah Taman Rekreasi Marga Satwa Serulingmas, namun masyarakat daerah saya, Banjarnegara, lebih sering menyebutnya Selamanik, karena di dalamnya terdapat Makam Ki Ageng Selamanik.

Waktu kecil, cinta saya akan tempat ini begitu sederhana. Begitu masuk gerbang Selamanik, sambutan datang begitu gemuruh, suara-suara hewan bersautan seakan gembira menyambut kedatangan saya. Jalanan turun yang ada begitu masuk, selalu saya manfaatkan untuk berlari kencang untuk merasakan wajah dan rambut saya yang ditiup angin bak model iklan shampoo. Saya suka berjalan di setapak buatan yang menghubungkan kandang satu dengan yang lain, terutama kandang macan dan harimau yang letaknya bersisian. Mengintai tingkah laku burung merak dan menantinya melebarkan sayapnya yang indah itu menjadi kegiatan yang mengasyikkan. Atau sengaja membeli kacang kulit lalu takut-takut memberikannya pada monyet-monyet yang bergelantungan di kandang. Kemudian duduk di sela pohon beringin besar yang bersisian untuk beristirahat. Rimbunnya pohon membuat saya tak takut hitam, walaupun aslinya sudah demikian, hehe. Sampai saya duduk di bangku SD, saya memang jarang mengunjungi kebun binatangnya, yang paling sering adalah berenang di area kolam renangnya. SDN 4 Krandegan, tempat saya bersekolah saat itu, mewajibkan adanya olahraga renang, yang saat itu satu-satunya kolam renang yang ada hanyalah di Selamanik. Kami selalu bersemangat sebelum berenang, jalannya yang cenderung turun begitu menyenangkan dan memacu kami untuk cepet-cepetan sampai di kolam dan manjlub. Dulu, sempat beredar isu kalau kita menyelam dengan mata terbuka nanti bisa melihat buaya putih atau ular yang besarrr sekali. Hahaha, tenang itu hanya mitos. Ritual pipis di kolam renang juga pernah, hehehe, siapa coba yang belum pernah, hayo ngaku? Tapi hal paling menyebalkan adalah saat harus bilas dan pulang. Pokoknya harus yang paling cepat, jika tidak, katanya di kamar mandi akan ditemani sama mbah Selamanik. Hiiy. Hahahaha, lagi-lagi itu hanya mitos, dimana anak kecil sangat percaya padanya.
Menjelang remaja, tidak pernah lagi saya bersentuhan dengan objek wisata itu. Yang ada di pikiran saya saat mendengar kata ‘Selamanik’ adalah “Ciyus Selamanik? Miapah? Ada apanyaa? (dengan raut meremehkan, hehe)”. Saat saya SMP-SMA banyak sekali event yang diadakan di Selamanik, terutama parade band maupun acara anak muda lainnya. Sesekali memang terpaksa datang kesana, karena saat itu saya masih jadi anak band yang gahoolls geelaaa~ Hahahaha. Namun di luar itu, anak muda mana yang tidak menertawakan keberadaan Selamanik, termasuk saya. :( 

Kesadaran saya mulai muncul pada titik balik saat saya mulai rajin mengamati objek wisata yang ada di Banjarnegara, karena tuntutan profesi kenegaraan *halah* pada saat itu. Beberapa kali saya mengamati pola dan tingkah laku masyarakat yang hubungannya dengan kunjungannya ke Selamanik. Beberapa kali diadakan event besar berupa konser dangdut dengan artis ibukota, yang diadakan H+2 lebaran. Event ini menarik pengunjung dari masyarakat ‘papan atas’ alias masyarakat yang berada di dataran tinggi Banjarnegara, seperti Karangkobar, Batur, Kalibening, dan sebagainya. Sejujurnya, konser dangdut ini menurut saya sangat tidak mendidik, dengan penyanyi yang berpenampilan tidak senonoh padahal yang datang cenderung keluarga bersama anak-anak kecil. Namun saya berpikir, ‘Oh, mungkin dengan ini bisa menarik banyak pengunjung’. Sungguh pikiran yang dangkal dan bodoh, namun benar, bukan?

Sungguh, keprihatinan ini makin dalam saat mendengar kabar bahwa satu gajah betina di Selamanik bernama Dona meninggal dunia karena tersengat arus listrik L. Beberapa waktu lalu saya mendengar penjelasan dari Pak Yunus, Kabid Selamanik, bahwa sekarang gajah jantannya terpaksa dirantai cukup pendek jaraknya, karena sering mengamuk akibat kesendiriannya. Manusia saja bila kesepian seakan tidak sanggup menghadapi beban hidup. Iya, bukan? Semoga gajah betina yang lain dapat segera didatangkan agar bisa menemaninya. Beberapa kandang monyet dan simpanse juga sudah berkarat dan membahayakan. Rasanya ingin ikut menangis saat melihat raut rusa yang seakan merintih pedih. :( 

Berbagai pikiran negatif muncul apabila membicarakan tentang Selamanik. Berkali kita menyalahkan pengelolanya, menyesalkan tidak adanya perawatan dan pengembangan terhadap Selamanik. Tapi apa kalian tahu, arus kedatangan pengunjung sangat berimbas pada pengembangan objek tersebut. Maaf kalau disini saya membahas tentang keuangan ya. Kuota input dana yang didapatkan Selamanik ini diberikan kepada pemerintah daerah untuk kebijakan pembangunan daerah yang lain, untuk membangun jalan, gedung, dan fasilitas publik, untuk kalian juga. Nah, jika dana yang didapat lebih dari kuota maka lebihnya itu bisa digunakan untuk pengembangan Selamanik itu sendiri. Jadi mengapa menyalahkan pengelola? Mengapa menyalahkan pemerintah? Kalau sebenarnya, yang perlu disalahkan adalah kita semua. Kenapa kita tidak menyempatkan diri datang kesana dan membayar tiket yang tidak seberapa harganya itu? Kenapa kita selalu memaki dan tertawa saat ada yang menyebut kata ‘Selamanik’, padahal jalan yang kita lewati juga berasal dari ‘penjualan’ Selamanik?

Tahukah kamu, bahwa saat ini di kolam renang Selamanik ada waterboom-nya? Tahukah kamu, bahwa saat ini atap panggung hiburannya sudah rapih dan terlihat indah? Tahukah kamu, bahwa macan putih yang ada di Selamanik begitu cantik memikat? Tahukah kamu, bahwa dengan kedatanganmu kesana bisa membantu menyelamatkan satwa yang ada disana dan mengembangkan Selamanik?
Tidak, kamu tidak akan pernah tahu sebelum kamu datang kesana. Cintai Selamanikmu, cintai Selamanik kita. Ayo datang lagi ke Selamanik!


Aninda Kurnia Dewayanti
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Gajah Mada

No comments:

Post a Comment